.Jurnal1Jambi.com- Muaro Jambi. “Sikobe” adalah nama sebuah sanggar batik yang memiliki kisah inspiratif yang patut untuk di tiru dalam memperjuangkan dan mempertahankan di bidang seni membatik. Sanggar batik ini berlokasi di RT.30 Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. (28-01-2023).

Eka Wati Adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua orang anak. Ia memiliki jiwa optimis dalam menjiwai seni membatik. Banyak sekali perjuangan dari kisah awal keinginan nya dalam membatik. Baik itu dalam membatik tulis maupun membatik menggunakan cap.

Di Tahun 2016, ibu dari dua orang anak ini berkesempatan beberapa kali untuk mengikuti pelatihan membatik yang di selenggarakan di berbagai tempat. Baik itu dalam kota Jambi maupun di luar kota provinsi Jambi.

Dalam kesempatan itu, ia mempelajari semua pelatihan dengan seksama sehingga ia mengerti dalam cara membatik dan Ia pun mulai menggemari nya.Setelah selesai mengikuti pelatihan tersebut, Ibu kepala desa Mendalo Darat berinisiatif untuk membuka sanggar batik, dan saran Kegiatan tersebut di tanggapi positif oleh ibu Eka Wati beserta rekan-rekan nya.

Sehingga pada waktu itu terbentuklah sanggar batik yang di beri nama sanggar batik “putri pinang masak”.

Sanggar batik tersebut berlokasi di RT. 12 Mendalo Darat. pada saat itu ibu Eka Wati di tunjuk Untuk menjadi ketua sanggar tersebut.

Pada tahun 2019, Kegiatan membatik yang dipimpin oleh ibu Eka Wati terhenti akibat pandemi virus Covid 19. Sehingga kegiatan membatik pun tidak dapat di lanjutkan oleh ibu eka Wati beserta rekan-rekan nya. dan pada Saat itu ibu Eka Wati mengambil keputusan untuk melanjutkan membatik dirumah nya dengan seorang diri.

Banyak sekali perjuangan ibu Eka Wati dalam menjalani membatik pada saat dirumah nya. Kendala Yang paling utama adalah faktor keterbatasan modal. Sehingga pada saat itu ia hanya dapat menyiapkan bahan kain seadanya.

Tetapi ia tidak pernah untuk berputus asa dalam menyikapinya.Pada tahun 2021, Ia mencoba kembali untuk membentuk sebuah sanggar baru dengan mengajak ibu-ibu di wilayah tempat tinggal nya, yaitu di RT. 30 Desa Mendalo Darat.

Cara yang dilakukannya adalah meminta pendapat dan arahan dengan ketua RT setempat agar ibu-ibu sekitar dapat ikut berpartisipasi dalam membentuk sanggar baru.

Alhasil usaha nya pun membuahkan hasil atas arahan dari ketua RT nya, dan mendapat tanggapan positif dari ibu-ibu dan warga sekitar. akhirnya mereka bersepakat untuk bekerja sama dalam membentuk sebuah sanggar baru.

Seiring Berjalannya waktu, akhirnya sanggar baru tersebut di beri nama sanggar batik “Sikobe”. dimana memiliki arti ” sini saja”. Anggota nya pun pada saat itu mencapai kurang lebih 20 anggota.

Terdiri dari warga sekitar dan ada juga dari RT lain yang berada di desa Mendalo Darat.Jenis dan harga yang ada di sanggar batik “Sikobe” bervariasi. Tergantung dari Motif , tingkat kesulitan dan pewarnaan nya.

Untuk batik tulis itu sendiri paling murah di hargai sebesar Rp. 300.000/2M. Kemudian untuk Harga batik Cap paling murah nya di hargai sebesar Rp.200.000/2M.

Untuk salah satu contoh motif batik itu sendiri seperti motif sarang lebah dan motif resam. dan untuk pewarna nya pun dari bahan alam. seperti dari kulit jengkol, kulit manggis, kulit rambutan, kulit pisang dan lain-lain.

Kegiatan yang kembali di pimpin oleh ibu Eka Wati tersebut pun akhirnya memiliki kemajuan tersendiri. Dari undangan mengikuti bazzar/pameran sekabupaten dalam kota jambi, kemudian sebagai tempat tujuan pembelajaran dalam pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi dan batik tersebut pernah menjadi sovenir untuk presiden Indonesia Joko Widodo yang di berikan oleh Bupati Muaro Jambi. yaitu batik tulis sebanyak 10 Pcs pada tahun 2022 lalu.

“Tujuan dari kegiatan membatik ini agar ibu-ibu dapat memiliki penghasilan sendiri dan dapat meningkatkan emansipasi wanita serta yang terpenting adalah dapat terus melestarikan ciri khas dari budaya yang kita miliki”. Ungkap Eka Wati.

Menurut konsensus Nasional 12 Maret 1996, Batik adalah suatu karya seni rupa pada kain dengan pewarna rintang yang menggunakan lilin batik sebagai perintang warna dengan menggunakan alat canting atau cap.

Dan batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan di kenal oleh masyarakat Indonesia. (Hendri Apriyandi).

share this :